This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 10 Desember 2023

Gula Kacang, Kue Kering Lebaran yang Jarang Disajikan


 

Kalau bicara kue kering lebaran, orang selalu ingat pada nastar, putri salju, kastangel, lidah kucing, hingga sagu keju atau kue semprit. Padahal yang namanya kue kering banyak macamnya, benar kan?

Salah satunya gula kacang. Sesuai namanya, kue ini dibuat dari dua bahan saja, gula aren/gula merah dan kacang tanah.

Kue gula kacang seringkali disebut dengan kue ampyang. Beberapa daerah di Jawa Tengah mengklaim kue ampyang ini sebagai kue khas daerah mereka, diantaranya Klaten, Temanggung dan Solo.

Kata "ampyang" sendiri, oleh masyarakat Solo, digunakan untuk menggambarkan buruknya kondisi sebuah jalan. Kalau ada jalan yang berlubang dan tidak rata maka jalannya disebut "jalan ampyang". Bentuk kue ampyang yang tidak rata dan bergelombang mungkin dijadikan alasan mengapa akhirnya kue ini dinamakan demikian.

Tapi, aku justru mengenal gula kacang sebagai kue kering khas Malang. Di warung-warung kopi, gula kacang disajikan untuk menemani secangkir kopi yang dinikmati pembeli. Harganya murah, 500 rupiah per satu kuenya.

 

Gula Kacang Mengandung Nilai Filosofi dan Manfaat Kesehatan

Konon, menurut masyarakat kue gula kacang mengandung nilai filosofi yang tinggi. Dari bahan dasarnya, kue ampyang memiliki 2 rasa yang dominan. Yakni rasa manis dari gula aren dan rasa gurih dari kacang tanah yang digoreng.

Manis adalah lambang keceriaan dan kebahagiaan, sedangkan gurih adalah lambang kepuasan. Kalau dipadukan, saat kita memakan gula kacang akan merasa bahagia, ceria dan puas. Benar atau tidaknya, silahkan dicicipi sendiri.

Selain itu, kue gula kacang ini juga mengandung manfaat kesehatan. Kacang tanah sudah lama diketahui banyak mengandung zat antioksidan. Sedangkan gula aren atau gula merah sendiri berfungsi sebagai penambah energi, sama seperti saat kita memakan cokelat.

Tidak seperti nastar atau kue kering kekinian lainnya, gula kacang saat ini jarang disajikan saat lebaran tiba. Padahal, dulu waktu aku kecil sering menikmati gula kacang di rumah-rumah tetangga yang kukunjungi. Mungkin kalah pamor, atau jarang ada orang yang membuatnya lagi.

 

Dulu, kue ampyang atau gula kacang sering disajikan saat lebaran (dokpri)

Untuk membuat kue ampyang atau gula kacang, resepnya sederhana sekali. Tidak terlalu banyak bahan atau peralatan seperti kalau kita membuat kue kering lainnya. Sediakan saja bahan-bahan berikut ini:

150 gram kacang tanah, disangrai matang

75 gram gula pasir

75 ml air

125 gram gula merah/gula aren, disisir halus

Jika ingin gula kacangnya beraroma dan berasa jahe, bisa ditambahkan:

1 sdm air parutan jahe

1/2 sdt jahe bubuk

Cara Membuat Kue Gula Kacang

1. Masak gula merah, air, gula pasir, jahe bubuk, dan air jahe sampai teksturnya berambut.

2. Masukkan kacang tanah yang sudah disangrai matang. Aduk rata.

3. Siapkan kertas roti atau daun pisang, sendokkan adonan gula kacang di atasnya membentuk bulatan-bulatan.

4. Setelah dingin, simpan gula kacang dalam stoples dengan tutup rapat.

Lebaran kali ini boleh jadi terasa berbeda. Sedikit tetangga yang berkunjung, tak ada keluarga besar yang meramaikan suasana. Tapi, kue kering lebaran harus tetap ada. Termasuk kue ampyang atau gula kacang ini. Seperti filosofinya, mari kita nikmati lebaran di tengah pandemi tetap dengan hati yang ceria dan bahagia.

 

Lumpia Semarang dan Sejarah Akulturasi Budaya Jawa-Tionghoa


 

Lumpia adalah kuliner khas Kota Semarang. Tidak heran, di setiap penjuru Ibu Kota Jawa Tengah ini, kita dengan mudah menemui beragam kedai penjual lumpia.

Awal Agustus 2023, Mongabay Indonesia berkunjung ke kedai “Lunpia Semarang Gg Lombok No 11”. Seperti namanya, kedai ini terletak di Gang Lombok, Nomor 11, Purwodinatan, Kota Semarang. Tempat ini disebut sebagai kedai lumpia tertua di Kota Semarang. Usianya sudah lebih dari satu abad.

Untung Usodo, generasi keempat pengelola kedai Lunpia Gang Lombok mengatakan, sejak dulu lokasi kedai tidak pernah berubah. Bangunannya sederhana, di pojok sisi jalan menghadap sungai atau Kali Semarang.

“Dari dulu keluarga kami jualan di sini. Mulai berdagang sekitar tahun 1800-an. Terhitung, sudah 4 generasi, lebih satu abad,” jelas Untung.

Bahan utama lumpia Semarang Gang Lombok adalah rebung, dicampur udang dan telur. Semuanya terbungkus kulit lumpia hingga berbentuk bulat tabung memanjang. Hampir semua bahan dalam lumpia seperti rebung, udang, dan lokio punya nilai nutrisi tinggi.

Lumpia Semarang lebih enak dimakan beserta acar mentimun, daun bawang [lokio], cabai rawit, dan dilumuri sedikit saos. Rasanya didominasi manis dan gurih, sekaligus menyegarkan.

Lumpia Semarang bisa langsung dimakan [basah] ataupun digoreng [kering]. Keduanya punya cita rasa tersendiri. Satu lumpia Semarang Gang Lombok ini dihargai 20 ribu rupiah.

 

“Terbilang wajar, karena ukurannya besar. Makan satu saja sudah cukup mengenyangkan,” kata Aldyan Ismail, wisatawan asal Sumatera yang baru pertama kali mencicipi lumpia.

Sejak 2014, lumpia Semarang masuk sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia.

“Lumpia atau lunpia keduanya benar. Lun atau lum berarti lunak atau lembut, bergantung pada dialek pengucapnya. Pia berarti kue. Dari penyebutan ini, sebenarnya lumpia seharusnya tidak digoreng, melainkan basah,” dikutip dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id.

 

Akulturasi Budaya Jawa-Tionghoa

 

Lumpia Semarang sarat akan sejarah dan menjadi salah satu produk akulturasi budaya Jawa-Tionghoa. Dari namanya, lumpia Semarang berasal dari gabungan kata ‘lun’ yang artinya gulung [Bahasa Jawa] dan pia yang artinya kue [Bahasa Hokkien].

Mengutip skripsi Fiyani, [2019], sejarah awal kuliner lumpia Semarang terbilang unik, yakni dari sepasang suami istri etnis Tionghoa dan Jawa yang menikah pada abad ke-19.

Dikisahkan, saat itu Tjoa Thay Joe, seorang laki-laki dari Fujian, Tiongkok, tinggal dan menetap di sebuah perkampungan Jawa. Ia bertetangga dengan Wasi yang kelak akan menjadi istrinya. Keduanya merupakan penjual makanan kecil, namun makanan Wasi lebih diminati dan selalu habis terjual. Hal ini membuat Tjoa Thay Joe penasaran lalu bertanya pada Wasi.

Kedai Lumpia Gg Lombok disebut sebagai kedai lumpia tertua di Kota Semarang. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

“Terungkap bahwa ada bahan campuran yang membuat makanan kecil yang dijual Tjoa Thay Joe tidak pernah laku,” tulis Fiyani dalam skripsinya.

Setelah itu, mereka sering bertemu dan bertukar ide kuliner. Inilah yang kemudian memantik rasa cinta keduanya, hingga menikah pada abad ke-19. Sejak saat itu, lahirlah lumpia sebagai kue baru mereka. Nama lumpia tersebut digagas oleh Thoa Thay Joe.

Hingga saat ini, banyak kedai lumpia di Kota Semarang yang sebagian besar pendirinya merupakan keturunan dari Thoa Thay Joe dan Wasi. Seperti kedai Lumpia Gang Lombok, Lumpia Mataram, Lumpia Mbak Lien, dan Lumpia Cik Me Me.

Kota Semarang yang terletak di pesisir utara Jawa punya posisi strategis dalam jalur perdagangan Nusantara. Mulai dari era kerajaan Hindu-Buddha hingga abad ke-19, Semarang ramai dikunjungi berbagai pedagang dari Asia hingga Eropa.

Mobilitas perdagangan di Kota Semarang tidak terlepas dari keberadaan Kali Semarang yang bermuara langsung ke Laut Jawa. Kali Semarang di masa lalu merupakan pelabuhan penting dan menjadi jalur transportasi utama yang mengangkut berbagai hasil alam di Jawa, salah satunya rempah-rempah.

Karena ramai dikunjungi berbagai etnis, masyarakat Kota Semarang tumbuh sebagai masyarakat multikultur. Ini dapat dilihat dari lanskap kampung atau permukiman di sepanjang Kali Semarang yang beragam, dan masih bertahan hingga saat ini. Mulai dari Kampung China yang terletak di sebelah timur Kali Semarang, juga permukiman Eropa [Kota Lama] yang terletak di utara Kampung China. Lalu, Kampung Melayu yang terletak di tepi timur dan tepi barat Kali Semarang, serta Kampung Jawa yang terletak di pertemuan Kali Semarang.

Dari semua etnis yang ada di Semarang, Tionghoa termasuk salah satu yang berhasil beradaptasi dan eksis hingga saat ini.

“Jumlah etnis Tionghoa di Kota Semarang lebih mendominasi dibanding kelompok etnis lainnya. Semarang merupakan meelting pot-nya etnis Tionghoa, karena berdasarkan konsep Feng Shui Semarang merupakan wilayah yang baik untuk melanjutkan kehidupan dan tidak terikat dengan kerajaan, aturannya lebih luas,” tulis Susanti dan Purwaningsih [2015], dalam jurnal Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Surabaya.

Pada masa Orde Baru, ketika etnis Tionghoa peranakan Semarang merasakan diskriminasi peraturan pemerintah, lumpia punya peran penting dalam mendukung kehidupan masyarakat etnis Tionghoa.

Meskipun mendapat batasan-batasan dalam melakukan aktivitas ibadah, kepercayaan dan politik, etnis Tionghoa peranakan tetap diberikan kesempatan dalam mengembangkan perekonomian, khususnya dalam hal perdagangan. Hal ini menyebabkan banyaknya toko yang dikuasai etnis Tionghoa peranakan, tak terkecuali industri lumpia yang semakin menjamur di Semarang.

“Lumpia sebagai representasi identitas etnis Tionghoa peranakan Semarang yang tetap bertahan dalam etnis Tionghoa, yang mendapatkan berbagai tekanan,” jelas Susanti dan Purwaningsih.

 

 

Sejarah Serabi Solo, Camilan Khas Kota Bengawan yang Populer

Solo memiliki berbagai potensi wisata, mulai dari wisata tempat, wisata belanja, hingga wisata kuliner. Salah satu kuliner khas Solo yang sering dijadikan sebagai oleh-oleh adalah Serabi Solo. Camilan manis ini sangat populer dan jadi favorit wisatawan.

Sejarah Serabi Solo

Serabi adalah jajanan tradisional yang berasal dari Indonesia yang diperkirakan sudah dikenal sejak zaman Kerajaan Mataram. Makanan ini beberapa kali disebut dalam Serat Centhini yang ditulis para pujangga Keraton Surakarta pada tahun 1814 hingga tahun 1823 atas perintah Pakubuwana V.

Serabi Solo adalah makanan khas Solo yang berbentuk bulat seperti piring dengan sedikit kerak di sekelilingnya. Tekstur Serabi Solo kenyal namun tetap lembut, dan memiliki rasa yang sangat legit.

Berbeda dengan kue Surabi Bandung yang menggunakan bahan dasar tepung terigu dan disiram dengan kuah gula kelapa cair, Serabi Solo terbuat dari tepung beras yang dicampur dengan santan kelapa dan gula sehingga memiliki rasa manis dan gurih, serabi ini dihidangkan tanpa kuah manis.

Pembuatan Serabi Solo menggunakan cara yang masih tradisional yaitu dengan mencampur adonan serabi yang terdiri dari tepung beras, santan, gula, garam, dan daun pandan sebagai pewangi, kemudian adonan dimasak menggunakan wajan kecil yang dipanaskan dengan tungku arang selama kurang lebih tiga menit.

Setelah matang serabi digulung dengan daun pisang agar mudah ketika dimakan. Serabi Solo tersedia dalam beberapa varian rasa, seperti rasa original, cokelat, dan nangka. Penjual kue Serabi Solo yang paling terkenal adalah Serabi Notosuman.

 

Serabi Notosuman

Serabi Notosuman pada awalnya dirintis oleh pasangan suami istri, Hoo Geng Hok dan Tan Giok Lan pada tahun 1923. Nama Serabi Notosuman diambil dari nama Jalan Notosuman di Solo, yang kini sudah berganti nama menjadi Jl. Muh Yamin. Sejak dirintis oleh Hoo Geng Hok dan Tan Giok Lan, saat ini kedai Serabi Notosuman sudah diteruskan oleh generasi keempat.

Kualitas rasa dan bahan baku tetap diutamakan agar rasa serabinya sama seperti resep turun temurun yang diwariskan. Salah satu rahasia kelezatan serabi Notosuman adalah penggunaan beras cendani yang berkualitas dan sengaja ditumbuk sendiri untuk menjaga kualitas rasa, tekstur, dan kebersihannya.

Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan Serabi Notosuman sebenarnya biasa saja. Serabi Notosuman hanya menggunakan tepung beras, pandan, gula, santan, garam, dan vanila. Karena menggunakan bahan-bahan alami tanpa pengawet, Serabi Notosuman ini hanya dapat bertahan selama 24 jam saja.

Awalnya Serabi Notosuman lahir dari ketidaksengajaan. Menurut Hoo Khik Nio, anak dari Ny. Hoo Ging Hok dan Tan Giok Lan, pada awal mulanya, orang tua Hoo Khik Nio adalah pembuat serabi pertama kali di Kota Surakarta. Itu terjadi tanpa disengaja, awalnya tetangga meminta dibuatkan apem untuk selamatan. Karena apem yang dibuat Ny. Hoo Ging Hok enak, tetangganya memesan kembali. Dari situlah Ny. Hoo Ging Hok awalnya berjualan apem.

Pada saat itu seorang pelanggan meminta untuk dibuatkan apem yang bentuknya lebih pipih. Akhirnya, pelanggan itu menyebutnya serabi karena bentuknya yang berbeda. Sejak itulah makanan apem pipih itu dikenal dengan nama serabi.

 


Ongol-Ongol, Kue Basah Khas Sangihe dengan Rasa Manis yang Nan Lembut


 

Kepulauan Sangihe termasuk salah satu pulau kecil di wilayah Sulawesi Utara. Meskipun begitu, ternyata tersimpan banyak sekali pesona daerah di balik ukuran mungilnya itu, di antaranya ada Pantai Embuhanga dengan panorama serba birunya, Pantai Tinakareng dengan perpaduan warna birunya yang melukis wajah langit, hingga Pulau Bukide dengan kesan damai dan tentramnya.

Tak ketinggalan, berbagai makanan khas pun turut mewarnai pesona Kepulauan Sangihe. Cobalah bertandang ke sana, Kawan akan menemukan dan mencicipi langsung mie che dengan rasa gurihnya, sambal dabu dengan perpaduan bumbu yang tajam, hingga ongol-ongol dengan rasa manis yang memanjakan mulut.

Sedikit berbicara mengenai asal mula ongol-ongol, beberapa sumber menyebutkan bahwa kue basah khas Sangihe ini merupakan peninggalan bala tentara Mongolia yang dulu sempat menduduki Indonesia.

Namun, pernyataan ini belum bisa dibuktikan sampai saat ini, mengingat kudapan tradisional ini tidak mencerminkan makanan khas Mongolia. Selain itu, bisa saja orang-orang menyebutkan ongol-ongol berasal dari Mongolia karena keduanya memiliki nama dan pelafalan yang mirip.

Yang jelas, ongol-ongol mempunyai tekstur sedikit kenyal dan lembut dengan rasa manis yang kentara. Kalau soal bentuk, kue ini bisa berbentuk bulat seperti onde-onde, persegi, ataupun segi panjang. Tergantung selera pembuatnya.

Penampilannya mirip dengan onde-onde. Sama-sama ditaburi dengan parutan kelapa. Namun bedanya, taburan ongol-ongol bisa divariasikan, tidak melulu dengan parutan kelapa, parutan keju pun bisa digunakan.

Jika Kawan ingin menikmati langsung pesona Kepulauan Sangihe dari rumah, Kawan bisa mencicipi ongol-ongol dengan membuatnya sendiri di rumah. Barangkali bisa Kawan santap di pagi hari tatkala sedang membaca koran sambil menghirup aroma teh atau kopi.

Mulailah dengan menyiapkan bahan-bahan utama ongol-ongol seperti tepung sagu kering, gula jawa, kelapa muda, daun pandan, garam, dan air. Jika sudah, masukkan tepung sagu ke dalam air, aduklah sampai merata lalu angkat.

Setelah itu, masak air yang sudah ditambahkan dengan gula merah dan pandan sampai larut. Buat mempercepat larutnya gula merah, Kawan bisa memotong kecil-kecil gula tersebut lebih dulu. Setelah itu, angkatlah rebusan tersebut dan masukkan ke dalam adonan berupa tepung sagu dan air, diaduk pelan-pelan sampai merata.

Lalu, adonan tadi dimasak dengan api kecil, tunggu sampai mengental. Jika sudah demikian, angkat adonan yang telah mendidih dan masukkan ke dalam loyang. Ratakan adonan sesuai dengan bentuk loyang.

Apabila adonan sudah mulai dingin, pindahkan ke dalam wadah lain. Kemudian, taburkan parutan kelapa muda di atas kue hingga merata. Kawan juga bisa menggulingkan kue ke dalam hasil parutan kelapa.

Bagi Kawan yang ingin merasakan cita rasa asli dari ongol-ongol, Kawan bisa bertandang langsung ke Kepulauan Sangihe. Apabila belum berjodoh ke sana, Kawan bisa memesan satu paketnya di toko daring dengan merogoh kocek sekitar Rp70.000.

Atau untuk yang bertempat tinggal di wilayah Jakarta dan sekitarnya, Kawan bisa berkunjung ke Jalang Ketapang, Jatipadang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Di situ, ada sebuah rumah yang menjual ongol-ongol dengan harga yang sangat terjangkau, dibanderol dengan harga Rp5.000 sampai Rp10.000 saja. Cocok sekali menjadi teman sarapan pagi Kawan.

Dengan mengetahui dan memopulerkan ongol-ongol, Kawan bisa turut berjasa dalam menjaga kelestarian potensi Kepulauan Sangihe. Mengingat keberadaan ongol-ongol mulai tergerus dan dilupakan oleh zaman. Mari menyelami keindahan Kepulauan Sangihe melalui kelembutan kulinernya, ongol-ongol.

Siomay Mang Ade (Baso Tahu Ikan Jalan Ternate)


 

Siomay, atau kalau orang Bandung sering menyebut makanan ini dengan istilah baso tahu, sudah menjadi kegemaran saya sejak kecil. Saya memang penggemar makanan ikan olahan, seperti juga batagor, pempek, atau otak-otak.

Siomay Mang Ade ini salah satu siomay yang sering saya kunjungi. Alasannya apa lagi kalau bukan karena enak dan murah.

Karena terletak di Jalan Ternate, banyak juga yang mengenal siomay ini sebagai Siomay Ternate. Mang Ade berjualan siomay di trotoar Jalan Ternate, tepat di depan mesjid Badan Kepegawaian Daerah. Kalau masuk dari Jalan Riau, perhatikan saja arah sebelah kiri jalan. Ada roda yang dikerubuti orang, bisa dipastikan itu lapaknya Mang Ade.

Seperti kebanyakan tukang siomay, sajiannya adalah siomay ikan dan tahu, ada juga sayuran seperti kol dan kentang. Semuanya dikukus. Boleh pilih beberapa, saya biasa pesan 3 siomay, 2 tahu, kol dan kentang masing-masing 1. Tapi saat berkunjung akhir pekan lalu, tinggal siomay dan kol yang tersisa, mungkin karena kami datang terlalu sore.

Berbeda dengan sajian dimsum yang disajikan bersama saus tomat yang asam, siomay di Bandung (setidaknya yang saya tahu di Bandung) dihidangkan dengan bumbu kacang yang dikucuri kecap manis. Bumbu kacang yang gurih ini yang menambah kenikmatan bersantap siomay.

Siomay di lapaknya Mang Ade ini memiliki tekstur yang kenyal namun empuk. Walau terasa kandungan ikannya, siomay tidak terlalu gurih. Kalau saya perhatikan, sepertinya ada campuran sayur seperti wortel juga dalam adonannya, mungkin ini yang membuat rasa ikannya jadi tidak terlalu kentara, yang mana menurut saya bagus karena kalau terlalu terasa akan menjadi terlalu gurih.

Langsung bilang ke pedagangnya kalau mau pesen, milih langsung dari gerobaknya.

Karena kita bebas pilih porsi yang kita mau, maka sistem perhitungannya satuan. Satu buah siomay dihargai Rp. 2.000,-. Murah sekali bukan? Apalagi kalau sudah pernah mencoba, pasti kalian setuju bahwa harganya murah sekali.

Dodol Garut, Sejarah dan Asal Usul Buah Tangan Khas Garut


 

Ketika berbicara mengenai dodol tentu tidak akan pernah terlepas dari Kabupaten Garut. Garut merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang terkenal akan dodolnya yang khas.

Dodol merupakan makanan cemilan yang memiliki tekstur kenyal dan lengket. Dodol juga kerap memiliki rasa yang manis dan juga dipadukan dengan berbagai varian rasa.

Sebagai daerah yang dijuluki Kota Dodol, tentu Garut memiliki sejarah dan cerita yang panjang mengenai cemilan kenyal ini. Bahkan, dodol menjadi salah satu buah tangan khas dari Garut yang sangat sayang untuk melewatkan.

 

Sejarah Dodol Garut

 

Berdasarkan situs resmi Kemdikbud, industri dodol di kabupaten ini mulai berkembang sekitar tahun 1926 atau hampir satu abad yang lalu. Salah satu orang yang mengembangkan industri dodol saat itu adalah Karsinah.

Pada saat itu, dodol Garut masih menggunakan bahan baku yang sederhana, yaitu tepung beras ketan, susu, gula putih, dan santan kelapa tanpa bahan pengawet. Selain itu, proses pembuatannya pun masih terbilang sederhana.

Seiring berjalannya waktu, industri dodol di Garut pun semakin berkembang. Sampai akhirnya bermunculan pengusaha dodol Garut lain pada sekitar tahun 1950-an.

Kemudian dodol Garut mengalami berbagai modifikasi pada segi bahan baku dan varian rasa. Mulai muncul dodol Garut yang berbahan baku kentang, kacang, sirsak, nanas, waluh, wijeh, srikaya, durian dan sebagainya.

Perkembangan dodol Garut semakin meluas karena minat dari masyarakat yang cukup tinggi. Bahkan, dodol Garut juga dipasarkan ke mancanegara, seperti Brunei, Jepang, Malaysia, Arab Saudi, Singapura, dan bahkan Inggris.

 

Asal Usul Nama Dodol

 

Berdasarkan situs resmi Pemerintah Indonesia (Indonesia.go.id), dodol merupakan makanan cemilan yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Bahkan dodol ini juga dikenal sebagai salah satu makanan khas tradisi di berbagai negara lain, seperti di Malaysia dan India yang dikenal dengan nama lain.

Selain dikenal dengan nama dodol, cemilan kenyal ini juga kerap dikenal dengan nama Nian Gao atau kue keranjang, jenang, wajit, lempok, gelinak. Sementara itu, untuk penamaan dodol garut berdasarkan pada wilayah dodol itu dibuat. Sama halnya dengan dodol Betawi, dodol Kandangan (Kalimantan), dodol Ulame (Tapanuli), dan dodol Buleleng (Bali).

 

Sejak zaman dahulu, dodol kerap dijadikan salah satu makanan ikonik dalam suatu tradisi atau perayaan. Misalnya di rakyat Tionghoa yang menyajikan dodol pada saat Tahun Baru Imlek dan juga dodol atai biasa dikenal Jenang yang banyak disajikan dalam acara tradisi budaya Jawa.

Sementara itu, dodol di Garut menjadi simbol buah tangan yang khas. Dodol menjadi ikon tersendiri bagi Kabupaten Garut yang mana mengangkat citra Garut dan ekonomi masyarakatnya. Bahkan, kini beberapa merek pengusaha dodol Garut sudah cukup dikenal oleh masyarakat.

 

Cara Pembuatan Dodol Garut

 

Proses pembuatan dodol Garut diawali dengan mendidihkan beberapa bahan baku sampai kental dan berminyak. Bahan baku tersebut di antaranya:

1. Tepung beras ketan yang ditumbuk atau digiling halus,

2. Gula merah aren

3. Gula putih

4. Santan kelapa

Kini, bahan baku dodol Garut dapat dimodifikasi dengan berbagai varian rasa pilihan. Meskipun begitu, dodol yang masih banyak diminati masyarakat adala dodol Garut yang berbahan baku tepung beras ketan.

Proses pendidihan atau pemanasan bahan baku di atas membutuhkan waktu sekitar 7-8 jam agar adonan menjadi kental, berminyak, dan tidak lengket.

Selama masa pemanasan, adonan harus diaduk secara terus-menerus untuk mencegah terjadinya pengendapan, memudahkan penghantaran panas, dan menghindari adonan menjadi hangus.

Kemudian dinginkan adonan yang dirasa sudah kental, berminyak, dan tidak lengket. Setelah dingin, adonan tersebut akan memiliki tekstur yang padat, kenyal, dan dapat diiris. Dodol Garut pun siap dinikmati

 

Aneka Resep Kue Balok Bandung yang Enak dan Mudah Dibuat


 

Jajanan kekinian selalu menarik untuk dicoba, apalagi jika memiliki sejarah dan kisah yang menarik di baliknya. Seperti halnya kue balok, jajanan khas Kota Bandung yang telah melegenda sejak zaman kolonial Belanda.

Kue balok Bandung terkenal dengan isiannya yang lumer dan rotinya yang lembut. Dengan berbagai varian rasa, kue ini menjadi salah satu jajanan favorit di kalangan masyarakat Indonesia.

Akan tetapi, kamu tak perlu jauh-jauh ke Kota Kembang untuk bisa menikmati kudapan lezat yang satu ini. Berikut Parboaboa telah merangkum beberapa resep kue balok Bandung yang enak dan mudah dibuat. Yuk, simak resepnya dan nikmati kelezatannya!

 

Resep Kue Balok Bandung Lumer

Bahan-bahan:

- 100 gr dark chocolate (serut)

- 150 gr tepung terig

- 2 sdm minyak goreng

- 3 sdm margarin

- 1 butir telur

- 1 sdm cokelat bubuk

- 1 sdm susu bubuk

- 2 sdm gula pasir

- 1/2 sdt SP

- 1 sdm susu bubuk

- 1/2 sdt baking powder

- 1/2 sdt garam

 

Cara membuat:

 

Cairkan margarin dan dark chocolate dengan hati-hati, pastikan agar campurannya tidak menggumpal atau bergerindil. Setelah merata, sisihkan adonan kue.

Kocok gula, telur, vanila bubuk, SP, dan garam hingga mengembang.

Kemudian, masukkan minyak dan adonan telur ke dalam lelehan cokelat dan aduk sampai tercampur rata. Pastikan untuk menyaring bahan-bahan terlebih dahulu agar halus.

Aduk rata minyak dan adonan telur ke dalam campuran cokelat cair.

Perlahan tambahkan tepung yang sudah diayak ke dalam adonan sedikit demi sedikit. Aduk rata hingga tidak ada gumpalan adonan.

Siapkan cetakan dan lumuri dengan sedikit margarin. Kemudian, tuangkan adonan ke dalam cetakan.

Panggang adonan selama 5 menit hingga permukaan kue retak. Jika tidak memiliki oven, gunakan cetakan yang dapat dimasak di atas kompor seperti kue balok yang biasa dijual di tempat umum.

Setelah kue balok sudah retak, angkat dan sajikan kue dalam keadaan hangat supaya nikmat dan lelehan cokelat di dalamnya masih meleleh. Kue balok khas Bandung siap disajikan.

 

Resep Kue Balok Brownies

Bahan-bahan:

- 100 gr chocolate compound

- 50 gr margarin

- 4 butir telur

- 200 gr gula pasir

- 100 gr air

- 1 sdt emulsifier

- 1 sdt ekstrak vanilla

- 1 sdt baking powder

- 3000 gr tepung terigu protein sedang

- 200 gr gula pasir

- 1/4 sdt garam

 

Cara membuat:

 

Cairkan margarin, chocolate compound, dan air dengan menggunakan teknik double boiler supaya cokelat dan margarin tidak terbakar. Sambil mencairkannya, aduk rata hingga tercampur merata, kemudian sisihkan.

Gunakan mixer dengan kecepatan tinggi untuk mengocok telur, gula pasir, emulsifier, dan ekstrak vanila hingga adonan mengembang.

Ayak tepung terigu, cokelat bubuk, baking powder, dan garam kemudian campurkan bersama. Perlahan-lahan masukkan ke dalam adonan dengan teknik pengadukan menggunakan spatula.

Tambahkan cokelat cair secara bertahap ke dalam adonan sambil diaduk dengan spatula hingga tercampur merata.

Siapkan cetakan untuk kue balok dan oleskan sedikit margarin agar adonan tidak menempel.

Panaskan cetakan dan masukkan adonan dengan secukupnya. Kemudian, tutup dan panggang selama 5 menit hingga matang sempurna.

Kue balok brownies siap untuk disajikan.

 

Resep Kue Balok Kukus

Bahan-bahan:

 

- 2 sdm cokelat bubuk

- 135 gr tepung segitiga biru

- 1/2 sdt baking soda

- 1/2 sdt baking powder

- 2 sdm susu bubuk

- 2 butir telur

- 4 sdm gula pasir

- 2 sdm air

- 6 sdm butter/margarin

- 100 gr DCC

 

Cara membut:

 

Ayak tepung terigu, cokelat bubuk, baking soda, baking powder, dan susu bubuk agar tercampur rata.

Lelehkan mentega dan cokelat batangan/DCC sampai meleleh, lalu biarkan dingin.

Kocok telur dan gula hingga mengembang, kemudian masukkan campuran tepung terigu yang sudah diayak. Aduk hingga tercampur rata, lalu tambahkan air dan aduk kembali.

Masukkan campuran mentega dan cokelat/DCC ke dalam adonan, aduk hingga merata.

Tuangkan adonan sebanyak 3/4 ke dalam cetakan alumunium.

Siapkan dandang dan panaskan hingga mengeluarkan uap banyak.

Kukus kue selama 8 menit dengan api sedang.

Setelah itu, angkat kue dari dandang dan kue balok bandung kukus siap untuk disajikan.

 

Resep Kue Balok Keju

Bahan-bahan:

 

- 50 gr cokelat balok

- 25 gr margarin

- Keju secukupnya

- 25 gr minyak goreng

- 120 gr terigu

- 30 gr cokelat bubuk

- 1/2 sdt baking powder

- 2 butir telur

- 50 gr gula pasir

- 1/4 sdt vanili bubuk

- 1/2 sdt sp

- 75 ml air

 

Cara membuat:

 

Lelehkan cokelat, margarin, dan minyak goreng, lalu diamkan hingga dingin.

Kocok telur, gula pasir, dan SP sampai putih pucat.

Ayak terigu, cokelat bubuk, dan baking powder. Campurkan dengan telur dan aduk rata.

Tambahkan campuran lelehan margarin, minyak, dan cokelat ke dalam adonan. Aduk hingga rata, lalu tambahkan air dan aduk kembali.

Panaskan cetakan dan oleskan margarin pada permukaannya. Tambahkan potongan keju di atas adonan, lalu tuangkan ke dalam cetakan.

Panggang selama 6-8 menit, lalu hidangkan.

Demikianlah aneka resep kue balok Bandung yang bisa kamu buat sendiri dirumah. Selamat mencoba dan nikmati kelezatannya.