Minggu, 10 Desember 2023

Sejarah Serabi Solo, Camilan Khas Kota Bengawan yang Populer

Solo memiliki berbagai potensi wisata, mulai dari wisata tempat, wisata belanja, hingga wisata kuliner. Salah satu kuliner khas Solo yang sering dijadikan sebagai oleh-oleh adalah Serabi Solo. Camilan manis ini sangat populer dan jadi favorit wisatawan.

Sejarah Serabi Solo

Serabi adalah jajanan tradisional yang berasal dari Indonesia yang diperkirakan sudah dikenal sejak zaman Kerajaan Mataram. Makanan ini beberapa kali disebut dalam Serat Centhini yang ditulis para pujangga Keraton Surakarta pada tahun 1814 hingga tahun 1823 atas perintah Pakubuwana V.

Serabi Solo adalah makanan khas Solo yang berbentuk bulat seperti piring dengan sedikit kerak di sekelilingnya. Tekstur Serabi Solo kenyal namun tetap lembut, dan memiliki rasa yang sangat legit.

Berbeda dengan kue Surabi Bandung yang menggunakan bahan dasar tepung terigu dan disiram dengan kuah gula kelapa cair, Serabi Solo terbuat dari tepung beras yang dicampur dengan santan kelapa dan gula sehingga memiliki rasa manis dan gurih, serabi ini dihidangkan tanpa kuah manis.

Pembuatan Serabi Solo menggunakan cara yang masih tradisional yaitu dengan mencampur adonan serabi yang terdiri dari tepung beras, santan, gula, garam, dan daun pandan sebagai pewangi, kemudian adonan dimasak menggunakan wajan kecil yang dipanaskan dengan tungku arang selama kurang lebih tiga menit.

Setelah matang serabi digulung dengan daun pisang agar mudah ketika dimakan. Serabi Solo tersedia dalam beberapa varian rasa, seperti rasa original, cokelat, dan nangka. Penjual kue Serabi Solo yang paling terkenal adalah Serabi Notosuman.

 

Serabi Notosuman

Serabi Notosuman pada awalnya dirintis oleh pasangan suami istri, Hoo Geng Hok dan Tan Giok Lan pada tahun 1923. Nama Serabi Notosuman diambil dari nama Jalan Notosuman di Solo, yang kini sudah berganti nama menjadi Jl. Muh Yamin. Sejak dirintis oleh Hoo Geng Hok dan Tan Giok Lan, saat ini kedai Serabi Notosuman sudah diteruskan oleh generasi keempat.

Kualitas rasa dan bahan baku tetap diutamakan agar rasa serabinya sama seperti resep turun temurun yang diwariskan. Salah satu rahasia kelezatan serabi Notosuman adalah penggunaan beras cendani yang berkualitas dan sengaja ditumbuk sendiri untuk menjaga kualitas rasa, tekstur, dan kebersihannya.

Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan Serabi Notosuman sebenarnya biasa saja. Serabi Notosuman hanya menggunakan tepung beras, pandan, gula, santan, garam, dan vanila. Karena menggunakan bahan-bahan alami tanpa pengawet, Serabi Notosuman ini hanya dapat bertahan selama 24 jam saja.

Awalnya Serabi Notosuman lahir dari ketidaksengajaan. Menurut Hoo Khik Nio, anak dari Ny. Hoo Ging Hok dan Tan Giok Lan, pada awal mulanya, orang tua Hoo Khik Nio adalah pembuat serabi pertama kali di Kota Surakarta. Itu terjadi tanpa disengaja, awalnya tetangga meminta dibuatkan apem untuk selamatan. Karena apem yang dibuat Ny. Hoo Ging Hok enak, tetangganya memesan kembali. Dari situlah Ny. Hoo Ging Hok awalnya berjualan apem.

Pada saat itu seorang pelanggan meminta untuk dibuatkan apem yang bentuknya lebih pipih. Akhirnya, pelanggan itu menyebutnya serabi karena bentuknya yang berbeda. Sejak itulah makanan apem pipih itu dikenal dengan nama serabi.

 


0 komentar:

Posting Komentar